Produk Sawit Indonesia Ditolak Uni Eropa, Ini Tanggapan Ali Nasrun

Editor: Redaksi author photo

Pengamat Ekonomi Kalbar, Ali Nasrun

PONTIANAK (KalbarNews) - Kembali munculnya penolakan produk sawit oleh uni eropa dipandang bukan barang baru lagi dalam kancah politik ekonomi dunia. Pengamat ekonomi Kalbar Ali Nasrun memandang hal ini sudah terjadi beberapa kali dan jika ini benar terjadi maka pengaruhnya akan cukup serius bagi ekonomi kalbar.

Saat ini sekitar 20% ekonomi Kalimantan Barat masih bertumpu pada sektor ekonomi dari ekspor Crude Palm Oil (CPO)  yang merupakan produk utama dari perkebunan sawit. Adanya penolakan bahan bakar bersumber utama dari minyak sawit di Uni Eropa tentu dinilai sebagai ancaman serius bagi Indonesa khususnya Kalimantan Barat sebagai daerah produsen sawit cukup diperhitungkan di Indonesia.

Menurut, Ali Nasrun, isu ini sebenarnya bukanlah hal baru, sebab sejak lama penolakan CPO memang selalu mengemuka serta dengan alasan yang klasik yaitu deforestasi atau kerusakan hutan.

“Indonesia sebagai salah satu produsen CPO terbesar dunia seharusnya merespon serius, dengan meyakinkan dunia berdasarkan studi dengan lembaga independen .Permasalahannya selalu dari Eropa itu dari dulu menolak penjualan CPO kita yang katanya (menyebabkan) kerusakan hutan, saya kira kejadian ini akan terus berulang, maka pemerintah Indonesia harus meyakinkan dunia bahwa kita memang tidak merusak hutan dan itu harus di buktikan, kalo main kucing-kucingan terus ya akan jadi masalah terus”. Kata Ali Nasrun

Di sisi lain kata dia, munculnya penolakan memang tidak bisa dilepaskan dari kemungkinan adanya politik ekonomi dunia dalam bisnis minyak dimana serbuan minyak sawit tentu akan banyak mempengaruhi pasar minyak non sawit, yang tentunya hal ini akan menjadi ancaman serius bagi bisnis minyak mereka, termasuk pula pasar minyak nabati non sawit yangmenjadi salah satu produk Eropa.

“Meski demikian isu kerusakan lingkungan juga tidak bisa dipandang sepenuhnya salah, untuk itu studi independen menjadi penting untuk mengungkap secara ilmiyah sehingga tidak terjadi saling tuding” pungkasnya. (mad)


Editor : Edi Suhaerul
Share:
Komentar

Berita Terkini