FKUB Menggelar Halal Bihalal Bersama Eks Narapidana Terorisme Asal Kalbar, Ini Tujuannya

Editor: Redaksi author photo
FKUB Menggelar Halal Bihalal Bersama Eks Narapidana Terorisme Asal Kalbar
KALBARNEWS.CO.ID (PONTIANAK) – Dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2022, Forum Kerukunan Umat Beragama Provinsi Kalimantan Barat menggelar Halal Bihalal bersama Eks Narapidana Terorisme asal Kalbar bertempat di Aula Sekretariat FKUB Kalbar Jalan A Yani Pontianak pada hari Rabu (01 Juni 2022).

Dalam sambutannya Dr. Ismail Ruslan, M.Si menyampaikan ucapan terimakasih atas kehadiran Forkopimda dalam acara Halal Bihalal bersama Eks Narapidana Terorisme (Napiter) asal Kalimantan Barat.

“Berdasarkan hasil diskusi bersama Densus 88 dan Kakanwil Kemenag Kalbar ada sekitar 6 terpidana teroris asal Kalbar yang akan bebas dalam waktu dekat. Oleh karenanya FKUB Kalbar ingin berkontribusi untuk sama-sama menghimbau masyarakat Kalbar untuk dapat menerima kembali mantan napiter di tengah-tengah masyarakat agar mereka tidak lagi kembali kepada kelompok asal serta memperlakukan mantan napiter dengan cara humanis”, ujarnya. 

Ia juga mengajak para tokoh agama untuk memberikan testimoni sebagai himbauan kepada umat agar dapat menerima kembali para eks napiter di tengah-tengah masyarakat.


Sedangkan Kakanwil Kemenag Kalbar, Drs. H. Syahrul Yadi, M.Si menyampaikan bahwa momen Halal Bihalal kali ini adalah upaya mengembalikan perjalanan setiap manusia menuju fitrahnya sebagai makhluk Tuhan yang tanpa dosa serta upaya untuk membersihkan diri. 

"Melalui Halal Bihalal ini diharapkan dapat membangun kekuatan serta jati diri kita sebagai bangsa Indonesia di tengah-tengah keberagaman yang menjadi kekayaan bangsa ini. Serta membangun serta menebar kebaikan demi kerukunan bagi bangsa ini", jelas Syahrul Yadi. 

Kabinda Kalbar Brigjen. Pol. Rudy Trenggono, S ST, M.K menyampaikan bahwa momentum Hari Lahir Pancasila dengan cara memahami Pancasila sebagai way of life bagi bangsa Indonesia, apalagi Indonesia selama 77 Tahun merdeka mengalami pasang surut perjalanan hidup bangsa ini yang salah satunya upaya untuk terus mempertahankan Ideologi Pancasila.

“Upaya-upaya yang dilakukan FKUB ini adalah salah satu diantara wujud upaya menegakkan Ideologi Pancasila di Negara Kesatuan Republik Indonesia", ujarnya. 

Menurutnya, saat ini bangsa Indonesia menghadapi era yang berbeda dengan era sebelumnya. Salah satunya adalah era dimana semua informasi serba bebas, dimana trend anak muda saat ini sudah tidak lagi terbiasa dengan pola-pola indoktrinasi seperti yang dilakukan dimasa lalu. Namun sesungguhnya nilai-nilai Pancasila itu sebenarnya masih berkembang di tengah masyarakat salah satunya adalah nilai gotong royong. 

“Ancaman terhadap Pancasila setidaknya ada dua yakni primordialisme dan sektarianisme. Ini yang harus menjadi pemahaman dan pekerjaan kita bersama dalam rangka mengembangkan Ideologi Pancasila di tengah generasi muda saat ini, salah satunya dengan merubah pola penanaman nilai-nilai Pancasila agar mudah diterima semua kalangan”, ujar Kabinda putra asli Kalimantan Barat ini.

Dalam sesi testimoninya, Kartono salah seorang mantan napiter menyampaikan bahwa awal mula ia bersentuhan dengan pahampaham keagamaan yang cenderung ekstrem yaitu ketika ia bersentuhan dengan diskusi dan mengikuti perkembangan fenomena Daulah Islamiyah yang terjadi di Suriah dan Iraq.

“Salah satu pemahaman keagamaan yang identik dengan kelompok pengusung Islamic States adalah pemahaman yang berlebihan terhadap konsep takfiri yang dilakukan baik secara lisan hingga tindakan terhadap kelompok lain yakni dengan cara menyerang semua pihak yang tidak sepaham dengan kelompok Islamic States. Ini tentu tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW yang mendekati semua kalangan dalam berdakwah”,  ujarnya. 

Dirinya menyampaikan bahwa proses perjalanan itu berubah saat ia menjadi narapidana terorisme dan mengalami isolasi. Dirinya mulai melakukan muhasabah dan kilas balik atas pemahaman-pemahaman yang selama ini ia yakini.

“Meskipun saya kecewa terhadap berbagai kejadian yang terjadi di dunia Internasional, namun sikap yang terbaik adalah sabar dan tidak melakukan pembalasan atas apa yang dilakukan. Inilah merupakan perbuatan yang baik di depan Allah SWT" ujarnya.

Dia menyatakan bahwa upaya-upaya rekonsiliasi dan dialogis itu jauh lebih maslahat daripada tindakan-tindakan fisik dan kekerasan.

Dia juga berpesan agar dalam memahami Pancasila yang benar perlu kiranya memahami kembali  gagasan dan kesepakatan bersama yang sudah disepakati oleh para tokoh dan ulama pendiri bangsa ini. 

“Pancasila tidak merugikan agama manapun karena Pancasila memberikan peluang yang sama bagi tiap-tiap agama untuk mengekspresikan ajaran agama masing-masing", jelasnya. 

Selanjutnya dalam kesempatan ini ia menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh masyarakat Kalbar apabila apa yang dilakukan baik di media sosial maupun di dunia nyata yang menimbulkan ketidaknyamanan semua pihak. 

Senada dengan itu, Rosnazizi yang juga eks napiter menyampaikan bahwa awal ia mendapat pemahaman ekstrem adalah berawal dari memahami teks-teks agama (Qur'an) secara otodidak menurut pemahaman sendiri tanpa bimbingan guru dan ilmu, serta pengajaran yang baik. 

Namun melalui perenungan yang panjang apalagi pasca ditetapkkan sebagai narapidana terorisme ia menyadari bahwa apa yang selama ini dipahami ternyata salah. 

“Selama ini pemahaman liar yang saya dapatkan tidak didasari ilmu dan hanya menurut pemahaman sendiri. Sehingga tidak dapat mengukur kemampuan diri sendiri. Tetapi atas berkah dan Takdir Allah SWT, kini saya dapat memahami berbagai pemahaman liar dengan benar sesuai dengan tuntunan dan pengajaran yang baik dan ilmu”, ujarnya. 

Kegiatan Halal Bihalal tersebut dihadiri oleh perwakilan dari Pemerintah Provinsi Kalbar, Kapolda Kalbar, Pangdam XII Tanjungpura, Kejati Kalbar, serta tokoh-tokoh lintas agama. (fz/tim liputan).

Editor : Heri

Share:
Komentar

Berita Terkini